Ujian-ujian dan kesedihan-kesedihan yang dihadapi oleh para anbiya’ mengajar kita erti keimanan. Merenung kembali apa yang di hadapi oleh Nabi Ibrahim, Nabi Zakaria, yang diuji dengan perihal berkaitan anak. Dalam usia tua, baru mereka memperolehi anak.
Semua ini menyatakan orang yang berjaya terlebih dahulu pasti melalui kegagalan. Di Tanya pada seorang yang sangat kaya, katanya, yang kita nampak kejayaannya dia, hanya 1% dan kegagalan yang telah di tempuhnya 99%.
Nabi s.a.w. yang mulia juga telah menempuh beberapa kali kegagalan dalam perperangan. Penduduk Taif menolak mentah-mentah dakwahnya. Bapa saudaranya yang terhampir Abu Talib juga tidak menerima dakwahnya. 3 menantunya kafir. Anak-anak baginda dicerai begitu sahaja. Nabi kita juga menempuh kedukaan dan kesedihan.
Hinggakan Nabi s.a.w terlalu sedih tatkala Malaikat Jibril terlalu lama tidak turun, hingga baginda membuat percubaan membunuh diri beberapa kali. Berbeza dengan kita, yang banyak membunuh diri kerana putus asa. Nabi kita, kematian isteri, kematian anak, mengalir air mata sahaja, tidak sampailah membunuh diri. Tetapi bagi baginda, ia berfikir Malaikat tidak turun, kerana malaikat sudah benci padanya , Allah sudah murka padanya, apa guna dia hidup lagi.
Apatah lagi, isteri Abu Lahab, nama cantik ‘Ummu Jamil’ namun jahat dengan mengatakan “Syaitan.. dengan memaksudkan jibril ,yang datang pada kamu dah mula membenci kamu”
Membezakan kegelapan dan terangnya hati ini, Allah menyatakan dalam firmannya di antaranya :
وَالضُّحَى : sebagian penafsir menafsirkan bahwa Allah bersumpah dengan cahaya pagi yang dimaksud adalah kelembutan kasih sayang Nya yang bercahaya indah, karena cahaya pagi adalah sudah terang dan indah namun tidak menyakitkan mata dan kulit sebagaimana cahaya siang yang terik.makna lain cahaya pagi bermakna awal kebangkitan Risalah, karena surat itu turun di Mekkah,
sebagaimana riwayat shahih Bukhari bahwa Rasul saw ketika sebelum jumpa dengan Jibril as untuk membawakan wahyu pertama, Rasul saw berkali kali mimpi cahaya ufuk, demikian riwayat shahih Bukhari, dan mimpi para Nabi adalah wahyu Allah swt. dan cahaya pagi menandakan telah terbitnya risalah tersebut dan menerangi banyak orang yang beriman, namun belum mencapai puncaknya,karena puncak siang teriknya adalah saat Fatah Makkah, dimana islam sedang berjaya. makna lain cahaya pagi merupakan bentuk kasih sayang ALlah kepada Nabi saw yang tidak pernah gelap,dikiaskan dengan ayat berikutnya
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى Demi malam ketika telah gelap gulita, dikiaskan dengan kesedihan Rasul saw yang lama tak turun ayat, dan riwayat shahih Bukhari bahwa datang seorang wanita (berkata Imam Attabari dalam tafsirnya bahwa wanita yang dimaksud adalah istri Abu lahab),lalu wanita itu berkata pada Nabi saw : "Sudah pergi syaitanmu wahai muhammad..?" (maksudnya wahyu sudah lama tak turun lagi, dan wanita jahat itu menganggap wahyu adalah kesurupan sang Nabi oleh Syaitan, maka Rasul saw semakin sedih, maka turunlah ayat ini.2. doa tsb adalah : Allahumma kamaa farrahtahum fiddunia, farrih hum fil akhirah".
Waraqa berkata, “Ini adalah Namus (Jibril, malaikat yang menyimpan rahasia-rahasia) yang sama yang Allah kirim kepada Musa. Kuharap aku masih muda dan dapat hidup mengalami saat ketika orang-orangmu mengunjungimu.”
Rasul Allah berkata, “Apakah mereka akan mengunjungiku?” Waraqa menjawab dengan tegas, “Tiada orang yang mengalami pengalaman yang sama seperti yang kau alami diperlakukan dengan buruk. Jika aku masih hidup di hari kau dikunjungi, maka aku akan mendukungmu sepenuhnya.”
Tapi beberapa hari kemudian Waraqa mati dan Wahyu Illahi tidak datang untuk beberapa saat dan sang Nabi jadi begitu sedih sampai kami mendengar bahwa dia beberapa kali bermaksud terjun dari puncak gunung dan setiap kali dia di atas gunung siap untuk terjun ke bawah, Jibril lalu muncul di hadapannya dan berkata, “Wahai Muhammad! Engkau memang Rasul Allah yang benar” dan ini membuat hatinya tenteram dan dia jadi tenang dan lalu pulang." ....
Namun Allah selamatkan baginda melalui malaikat Jibril. Baginda melakukan kerana keimanannya pada Allah.
"Allah tidak membencimu, Allah tidak marah kepada mu.."
Kita di nampakkan oleh Allah, seolah-olah para anbiya diuji dengan anak, keluarga, umpama lagi Nabi Lut dan Nabi Nuh dalam dakwahnya menghadapi isteri yang ingkar. 2 wanita yang sangat keji dalam jagaan orang solih. Nabi Nuh anaknya juga ingkar. Nabi Yaakub bersedih kehilangan anaknya Nabi Yusuf.
Semua ini menandakan bila kita sendiri sakit, demam, kita boleh sabar. Tetapi bila mengenai orang lain, anak , isteri , orang lain, kita gelisah. Semua ini menyatakan sebesar-besar ujian dan bala’ diberi pada para anbiya’ turun sikit-sikit sahaja pada kita. Maknanya semakin tinggi keimanan seseorang, semakin banyak ujiannya.
Para nabi berbagai ujian ditempuh. Islam berkembang pun setelah kewafatan baginda Rasulullah s.a.w. banyak nabi kita mengalami kesedihan. Bapa saudaranya Abu Talib yang didoakan untuk beriman, tidak juga beriman. Nabi Ibrahim mengharapkan bapanya beriman, tidak juga beriman. Apatah lagi kita yang bukan nabi. Kuat mana keimanan kita untuk mendapat sesuatu dengan mudah daripada nabi sendiri.
Iman para anbiya’ semakin diuji semakin tinggi. Semua ini, untuk melihat bagaimana kita yang mengaku mukmin berhadapan dengan saat-saat kesedihan. Kita di anjurkan membaca ‘Innalillahi ….” Bila di timpa musibah atau bala’.Menurut Aisyah isteri Rasulullullah s.a.w kalimah ini lebih baik dari ucapan Nabi Yaakub sewaktu kehilangan anaknya.
Menurut saidina Ali, kamu nampak begitu. Kalau dah ini keadaan kamu, diakhirat nanti jauh lebih teruk dari ini. Dan syurga pula jauh lebih baik dari apa yang engkau rasakan terhadap pandangan engkau terhadap diriku.
Maknanya di sini, kadang-kadang kita melihat orang kafir mendapat nikmat dan kaya raya. Seperti Firaun tidak pernah sakit, paling kaya, kuat. Ini sebenarnya bukan nikmat tetapi istidraj. Apa makna istidraj tersebut. Ianya nampak seperti kebaikan, tetapi Allah mejadikan mereka semakin leka untuk membalas sedahsyat-dahsyatnya di hari akhirat. Seperti Abu Jahal yang Allah akan perintahkan malaikat membawa ketengah neraka untuk dicurahkan dengan air mendidih sebagai sindiran kederhakaannya.
Kesimpulan yang dapat di ambil bahawa semakin tinggi keimanan seseorang semakin tinggi ujian dari Allah, terutama para anbiya’. Allah menguji seseorang untuk melihat pengharapan seseorang dan rintihan mereka pada Allah. Nikmat yang disangkakan kadang kala ianya adalah Istidraj dari Allah. Dimana Allah membuatkan mereka bertambah leka, dan untuk di balas sedahsyat-dahsyatnya.
Allahu a'lam.
No comments:
Post a Comment