Menjadi tetamu Allah...melakukan tawaf mengelilingi Kaabah

Monday, August 02, 2010

KAMIL IMAN

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


Kata sifat kamil dalam bahasa Arab berarti sempurna, murni, dan lengkap. “Iman yang sempurna” (kamil iman) yang dibahas di dalam buku yang bertajuk “Iman Yang Sempurna” di tulis oleh pengarang Harun Yahya, iman tersebut di katakan mewakili tingkat tertinggi kedewasaan dan kedalaman iman yang dapat dicapai seseorang. Namun, bagaimana iman seorang mukmin tumbuh matang dan menjadi sempurna?

Untuk meraih iman yang sempurna, seseorang perlu taat sebenar-benarnya mengikuti perintah-perintah Qur'an, dan Rasul yang menyampaikan perintah Allah kepada hamba-hambaNya. Karena alasan ini, mukmin memberikan perhatian sepenuh-penuhnya dalam mematuhi batasan-batasan Allah hingga hari kematiannya.

Iman yang kamil yakni iman yang bersih dari dosa waktu dia menghadap Tuhannya seperti mana ia di lahirkan dahulu. Saat ini sangat penting sekali, pengakhiran kehidupan adalah titik tolak ianya di bilangkan mempunyai iman yang sempurna bertemu Allah. Ibarat orang berlumba lari, ada kala dia di depan, ada kala tertinggal ke belakang, namun ketentuan kejayaannya di tali akhir garisan penamat tersebut. Siapa yang Berjaya sampai dengan syarat tersebut itulah yang di bilangkan Berjaya. Berjaya dalam erti kata selamat bertemu dengan Allah s.w.t. dengan membawa iman yang sempurna.

Seseorang yang sempurna imannya, sepanjang hidup ia memperlihatkan sifat-sifat mukmin sejati tanpa lari dari kesabaran dan Ketabahan yang ditunjukkan oleh orang yang beriman sempurna, dalam perjalanan hidupnya diisi dengan nilai-nilai Qur'an yang mana merupakan suatu sifat yang sangat penting dan khusus. Sebab, dengan sifat inilah orang yang beriman sempurna mengungguli orang-orang lain dalam keupayaan berbuat kebajikan.

Qur'an juga merujuk ke mereka وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ “yang lebih dahulu berbuat kebaikan” (QS Fathir, 35: 32) dalam keupayaan untuk memperoleh redha Allah. Akan tetapi, Qur'an juga merujuk ke mereka yang tidak sepenuhnya hidup berdasarkan agama:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi…” (QS Al-Hajj, 22: 11)

Barangsiapa yang pada hari matinya tidak bersih dari dosa maka ianya akan di azab. Namun atas rahmat Allah atas sebab-sebab tertentu beberapa orang itu tidak di azab seperti apa yang disebut oleh oleh Rasulullah s.a.w. riwayat yang shahih dari Rasulullah SAW.


عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ. رواه الترمذي 1074.


Dari Abdullah bin Amru ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah seorang muslim meninggal di hari Jumaat, kecuali Allah lindungi dari fitnah kubur.

Sabda Nabi SAW:
"Tidak ada seorang lelaki yg mati, lalu disembahyangkan ke atas jenazahnya oleh 40 orang lelaki yang tidak syirik kepada Allah, melainkan Allah menjadikan mereka syafaat kepadanya". HR Muslim (no: 948).

Namun jika kembalinya seseorang kepada Allah melalui alam barzakh imannya tidak sempurna seperti menyakiti orang lain, menginiayai orang, tidak pula bertaubat maka ianya akan di azab oleh Allah. Jika Allah mengazab orang sebegini, itu keadilan Allah. Jika Allah tidak mengazab, itu tandanya rahmat Allah atas sifat kemurahan Allah. Maka barangsiapa mendatangkan dengan amal, maka hasilnya 'kamalun' yakni 'sempurna' iman.

Amalan pula terbahagi kepada dua, iaitu amalan wajib dan amalan sunat. Mengingati diri sendiri dan semua kita agar sentiasalah beramal untuk membuktikan kita mentaati perintah Allah dan kembali kepada Allah dalam keadaan iman yang cukup sempurna. Amal soleh akan mendatangkan rahmat Allah. InsyaAllah.

No comments:

Post a Comment