بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Buruk sangka atau prasangka adalah satu perbuatan yang sangat-sangat dilarang. Perbuatan ini boleh menyebabkan orang lain dipandang hina dan sangat mengaibkan. Samada benar atau sebaliknya ianya tetap dilarang. Allah s.w.t. bertegas melarang hamba-Nya berprasangka buruk (su’udzhan).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan JANGANLAH KAMU MENCARI-CARI KESALAHAN ORANG LAIN dan janganlah sebagian kamu mengunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
(QS Al Hujuraat 12).
Menurut sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta,”
Tuduhan atau sangkaan terhadap sesiapa sahaja adalah dilarang. Kebanyakkan orang merasakan orang lain sama seperti dirinya. Kalau dia seorang yang malas, bila melihat orang lain leka dan lembab sedikit dikatakan juga malas. Sedangkan mungkin seseorang itu tidak sihat waktu itu.
Begitulah bagi seseorang yang suka mencari populariti, bila orang lain dapat melakukan sesuatu yang jauh lebih baik darinya, ia juga menyangka orang inginkan seperti apa yang diingininya. Itulah bahayanya mempunyai perangai yang suka berprasangka.
Kadang-kadang, bila fikiran telah terlalu banyak suka sangka-sangka, hinggakan Nampak ada pasangan yang sangat intim dan mesra dikatakan kekasih sedang memadu asmara, sedangkan rupanya mereka itu suami isteri yang biasa bergurau senda dengan pasangannya. Itulah menandakan hati-hati kita yang selalu sangat Nampak keadaan orang lain itu tak betul. Sedangkan bila kita mahasabah semula, rupanya hati kita yang adanya kekotoran. Adanya “su’udzhan”.
Sebagai mengingati diri sendiri dan saudara islam yang lain yang dikasihi, Maka berwaspadalah dengan prasangka buruk. Ajari diri kita sentiasa baik sangka dengan orang lain. Jangan samakan orang lain seperti kita. Walaupun rambut sama hitam, tapi hati lain-lain. Hati yang bersih mempunyai dan ditanami dengan iman yang tulin. Allahu a'lam.
No comments:
Post a Comment