Menjadi tetamu Allah...melakukan tawaf mengelilingi Kaabah

Wednesday, March 10, 2010

HASAD

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Dengki (hasad), kata Imam Al-Ghazali, adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan itu.

Dengan itu, Dengki membuat hati pendengki tersebut membara dan gelisah dan tidak keruan. Kadang-kadang tidak ada kena mengena dengan dirinya, namun rasa tak suka orang lain lebih darinya membuat hati jadi meluap-luap.

Jangan kamu dengki-mendengki, jangan tipu-menipu, jangan benci-membenci, jangan musuh-memusuhi, jangan sesetengah kamu berjual-beli atas jual-beli setengah yang lain, dan jadilah kamu sekalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. (Riwayat Muslim daripada Abu Hurairah).

Rasulullah saw. bersabda, “Hindarilah dengki karena dengki itu memakan (menghancurkan) kebaikan sebagaimana api memakan (menghancurkan) kayu bakar.” (Abu Daud).

Sebuah pepatah Arab mengatakan, “Kullu dzi ni’matin mahsuudun.” (Setiap yang mendapat kenikmatan pasti didengki).

Kesampingan dari sifat dengki, seboleh-boleh hasrat ingin menghinakan orang yang didengki mejalar dalam tubuh sipendengki. Berbagai cara digunakan untuk melaksana hajat tersebut. Namun ancaman perkara ini sangat hebat dan disebutkan Dari Jabir dan Abu Ayyub Al-Anshari, mengatakan bahwa

Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada seorang pun yang menghinakan seorang muslim di satu tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan menghinakan orang (yang menghina) itu di tempat yang ia inginkan pertolongan-Nya. Dan tidak seorang pun yang membela seorang muslim di tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan membela orang (yang membela) itu di tempat yang ia menginginkan pembelaan-Nya.”
(Ahmad, Abu Dawud, Ath-Thabrani)

Allah juga mengancam menempelak sipendengki-pendengki tersebut. Telah difirman Allah dalam al-Quran Terhadap orang-orang pendengki tersebut Allah Ta’ala dengan keras mencela:

“Apakah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya?” (QS. An Nisaa’: 54)

Maka perlulah kita ketahui apa itu perkara-perkara yang menyebabkan dengki agar mudah kita semua mengelak daripadanya

Sebab-sebab Dengki

Pertama, Rasa dengki pada dasarnya banyak timbul kerana terlalu cintakan dunia, umpama mengejar pangkat, glamour, kebanggaan, dan banyak terjadi antara mereka yang hampir seperti keluarga, teman sejawat, jiran tetangga dan yang seangkatan dengannya. Berebut satu tujuan menyebabkan kedengkian akan datang.

Adapun orang yang mencintai akhirat, yang mencintai untuk mengetahui Allah, malaikat-malaikat, nabi-nabi dan kerajaanNya di langit maupun di bumi maka mereka tidak akan dengki kepada orang yang mengetahui hal yang sama. Bahkan sebaliknya, mereka malah mencintai bahkan bergembira terhadap orang-orang yang mengetahuiNya. Karena maksud mereka adalah mengetahui Allah dan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisiNya. Dan karena itu, tidak ada kedengkian di antara mereka.

Keduanya adalah ta’azzuz (merasa paling mulia). Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Bila melihat orang lebih mula perasaan iri datang dan sakit hati makin menekan-nekan.

Ketiganya , takabbur atau sombong. Ia memandang remeh orang lain. Ia takut apabila orang lain memperoleh nikmat, kelebihan, kesukaan orang, dikenali orang, bahkan merasa beliaulah orang yang patut dapat. Maka atas sifat ini, kedengkian datang bersangatan.

Keempatnya, merasa ta’ajub dan heran terhadap kehebatan dirinya. Baginya dialah yang patut dapat akan hal tersebut.

Nabi s.a.w. sendiri tidak lari dari keadaan didengki sebegini, bila pangkat kerasulannya didengki dan percubaan untuk menghilangkan pangkat diusahai hinggalah Allah rakam dalam al-
Quran peristiwa tersebut, mereka berkata

“Adakah Allah mengutus manusia sebagai rasul?” (QS. Al-Mu’minun: 34).

Allah Ta’ala menjawab keheranan mereka dengan firmanNya, yang artinya: “Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu ?” (QS. Al A’raaf: 63)

Kelimanya, takut mendapat saingan. Bila seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, bimbang bila ada saingan maka kehendak itu tidak diperolehinya. Maka kedengkiannya akan menyebabkan dia menjatuhkan lawannya cara salah.

Keenamnya, merasa dirinya yang layak memimpin. Merasa diri tiada kelemahan dan tolok bandingnya. Jika dia rasa ada orang lain begitu, itu pasti menyakitkan hatinya. Maka ia mengharapkan orang itu musnah paling tidak kurang pengaruhnya.

Ketujuhnya, gembira melihat kesusahan, kedukaan dan kegagalan orang lain. Dan berdukacita melihat kesenangan, kegembiraan dan kejayaan orang lain. Dia inginkan nikmat tersebut, tetapi mengharapkan orang lain hilang nikmat yang demikian. Ini yang paling banyak berlaku dalam masyarakat.

Sifat ini merupakan sifat kotor dan tergolong dalam sifat-sifat Mazmumah. Maka sama-samalah kita hindari sifat tersebut. Allahu a’lam.

No comments:

Post a Comment