وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, Surah al-Mulk :2
Tujuan manusia di ciptakan adalah untuk diuji oleh Allah s.w.t. , siapakah yang paling baik amalannya disisi Allah. Siapalah yang paling tinggi darjatnya pada pandangan Allah. Dalam ayat yang dibacakan oleh Ustaz di atas, jelas menuntut kita semua agar mencorakkan diri kepada kerja buat yang baik serta menanamkan sifat kesabaran yang tinggi bila menerima sebarang bentuk ujian.
Pada dasarnya berhubung dengan ujian, iaitu suatu perkara yang telah ditentukan oleh Allah swt kepada sesiapa saja yang selagi dia dinamakan manusia (terutama orang-orang yang beriman kepada Allah), maka dia tidak akan sunyi dari dikenakan ujian, cabaran dan rintangan dari Allah swt.
BENTUK-BENTUK UJIAN
Menurut Nabi s.a.w, manusia akan diuji dalam 3 bentuk ujian yang dibahagikan kepada golongan:-
Keimanan yang mantap : Semakin tinggi diuji, semakin mantap imannya.
Golongan mana yang paling hebat diuji Allah?…Tidak lain dan tidak bukan, mereka adalah golongan para rasul dan nabi alaihimussola tuwassalam. Seperti yang disebut dan dikisahkan oleh ustaz, dalam suatu peristiwa bilamana Saad bin Abi Waqash bertanya kepada Nabi saw, “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling hebat kena uji?”…Lalu jawab Rasulullah saw, “Yang paling hebat kena uji ialah para nabi dan para rasul, kemudiannya golongan yang mengikut para nabi selepas zaman nabi (tabiin) dan kemudiannya golongan selepas tabiin yang mengikut para tabiin.”…Inilah susunan yang Nabi saw letak dan jawapan kepada Saad bin Abi Waqash radiallahuanhu.
Ustaz mencontohkan lagi, dipetik dari riwayat Imam Ahmad, menurut Ustaz, seorang budak yang semakin tinggi imannya, memberitahu gurunya bahawa bila dia melontar binatang buas dengan batu, mati binatang itu. Menurut gurunya "ilmu kamu hari ini lebih baik dari saya " maka selepas ini kamu pasti akan diuji oleh Allah.
Mereka yang berjaya dalam ujian Allah adalah telah melalui tapisan-tapisan. Mereka adalah insan terpilih di sisi Allah. Justeru itulah, semakin diuji, di tapis semakin sedikit yang tinggal. Di uji lagi, di uji lagi, maka makin sedikit, makin sedikit. Demikian itulah yang biasa kita dengar di sebutkan, terlalu sedikit mereka yang bersyukur.
Penjelasan Allah seperti firman-Nya dalam surah al-A'raaf ayat 10 yang bermaksud: "Sesungguhnya Kami (Allah) telah menempatkan kamu sekelian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber/jalan) penghidupan. (Tetapi) amat sedikitlah kamu bersyukur"
Sayugialah kita merenung kembali apabila kita di uji dengan keadaan-keadaan berikut, seperti sakit, ada yang tumbang dan tewas. Namun bila dibangkitkan di akhirat nanti mereka memberi alasan sakit, hingga tidak dapat beribadat kepada Allah, Allah menempelak mereka, apakah sakit mereka lebih hebat dari Nabi Ayub a.s.
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". Surah al-Anbiyaa : 83
Bila manusia hendak beralasankan miskin, harta dicuri, tidak punyai pendapatan tetap, maka di akhirat nanti Allah menempelak, adakah miskin kamu setanding dengan Nabi Isa, walaupun Nabi Isa miskin, ia lebih akrab dan rapat dengan Allah.
Jika kaya pula menjadi alasan dengan mengatakan kepada Allah disebabkan sibuknya pengurusan harta, projek-projek, hingga tidak sempat beribadah, adakah kekayaan tersebut setanding dengan kekayaan Nabi Sulaiman yang menakluki dunia.
فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرّاً عِندَهُ قَالَ هَذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni'mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". Surah an-Naml : 40
Maknanya di sini barangsiapa bersyukur adalah bersyukur untuk dirinya sendiri. Tidak merubah keadaan Allah samada semua manusia bersyukur atau sebaliknya. Begitulah bentuk-bentuk ujian yang tinggi di timpakan kepada nabi-nabi. Nabi Ibrahim diuji dengan di Bakar, maka apa doa nabi Ibrahim menghadapi peristiwa tersebut.
حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. Surah ali-Imran : 173
Nabi Yaakub juga diuji dengan kehilangan anak yang tersayang Nabi Yusuf. Apa kata Nabi Yaakub kepada Allah dalam situasi demikian,
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللّهِ
Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah . Surah Yusuf :86
Demikianlah halnya Ujian terhadap Nabi Zakaria, yang telah lanjut usia punyai seorang isteri yang tua lagi mandul pula, pastinya mengikut kata akal, tiadalah dia memperolehi anak. Namun tidak demikian, sikap Nabi Zakaria yang tidak putus asa kepada Allah berhadapan dengan ujian tersebut, menyebabkan beliau mendapat kurniaan Allah yang luar biasa. Nabi Zakaria tidak pernah putus berdoa kepada Allah,
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْباً وَلَمْ أَكُن بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيّاً
Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau, ya Tuhanku. Surah Maryam : 4
Begitu pula Nabi Daud, Beliau tidak putus memohon keampunan Allah dan sujud bertaubat kepada Allah. Beginilah keadaan-keadaan para anbiya' bila berhadapan dengan ujian Allah, mereka sentiasa berdoa, mereka mengerti ujian itu datang dari Allah, menambahkan lagi ketaatan mereka.
Nabi Ibrahim diuji dengan terkesan dihati, namun tidak sedikit diingkari, bilamana diperintahkan Allah menyembelih anaknya Nabi Ismail. Dengan penuh tawaduk berlaku dialog 2 beranak tersebut,
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; in sya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Surah as-saffat : 102
Alangkah sabar dan tawaduknya mereka menerima ujian dari Allah. Makna sabar ini adalah pada pukulan yang pertama .Inilah hakikat sabar yang sebenar. Waktu orang fitnah kita, memperlakukan kita, barang kita dicuri, orang kesayangan di matikan, bagaimana kesabaran kita menghadapi semua perkara begini, saat mula-mula diuji. Kemungkinan hubungan kita dengan Allah kurang dan longgar, maka kita diuji demikian, namun apabila kita sabar, kita mendapat rahmat dari Allah s.w.t.
Cara menghadapi Ujian
1. Bersangka baik dengan Allah (Husnul dzan) :
Setiap perkara yang berlaku ke atas manusia, samada yang baik atau sebaliknya bagi orang yang beriman,ia merupakan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Mereka menyakini dan menyedari disebalik sesuatu peristiwa ada hikmahnya yang tersendiri dan ia akan sentiasa menyangka baik terhadap Allah swt walaupun pada zahirnya apa yang berlaku ke atas dirinya adalah suatu keburukan atau kegagalan disamping sifat redha kepada ketetapan Allah.
Sabda Rasulullah saw;
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : قال الله عز و جل أنا عند ظن عبدي بي فإن ظن بي خيرا فله الخير فلا تظنوا بالله إلا خيرا
Maksudnya; Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman, Aku bersama sangkaan hambaKu terhadapKu, sekiranya sangkaannya terkadapKu baik maka baginya kebaikan, maka janganlah bersangka terhadap Allah swt melainkan yang baik
Seorang Ulama' yang tinggi Husnul dzan, apabila ditanyai tentang hartanya yang dicuri, dia berkata, Nasib baik harta ku yang dicuri bukan iman ku yang dicuri.
2. Mengucapkan إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهَ رَاجِعُوْنَ
Tenangkan hati dan bersabar dengan mengatakan, kalau Allah tarik harta ini, dia adalah harta dan kepunyaan Allah. Baik suami, isteri, anak semuanya milik Allah s.w.t.
Betapa besar ujian yang terpaksa dihadapi oleh Nabi kita, dalam menyampaikan dakwah islam. Anaknya juga diuji. Zainab yang ditolak sewaktu mengandung mengakibatkan keguguran dan sakit berterusan yang akhirnya meninggal dunia.
Salah satu sifat apabila berada pada diri seseorang nescaya Allah akan mencintainya adalah sifat sabar. Al Qur'an banyak menyebut sifat ini baik dalam surah–surah Makiyah (turun di Mekah) mahupun Madaniyah (turun di Madinah). Bahkan, sabar merupakan sifat para nabi pilihan (ulul ‘azmi).
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ
“Maka bersabarlah kalian seperti ulul ‘azmi (orang-orang yang memiliki keteguhan hati dari para rasul) telah bersabar.” (QS al-Ahqaaf : 35)
Bila kita redha, tidak sekali-kali rasa gundah bila kehilangan harta. Juga tidak membangga jika memiliki harta. Ketika kaya, berjawatan tinggi, teringat asal kejadian dari pati sari air yang hina. Dibangkitkan dimashyar nanti juga tidak berpakaian seurat benang pun. Maka apa saja hal untuk dibangga-banggakan sangat. semua kita akan kembali kepada Allah yang menciptakan.
3. Berdoa selalu kepada Allah.
InsyaAllah Allah akan mengantikan yang lebih baik lagi.
اللهم اجرني فى مصيبتى واخلفلى خيرا منها
Ya Allah, berilah aku pahala atas musibah ini dan gantilah kepadaku yang lebih baik" (H.R. Muslim)
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
(Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
Nabi sendiri sering berdoa agar Allah tidak memberi kekayaan yang boleh melupakan baginda kepada Allah, begitu juga dijauhkan dari kemiskinan yang sampai melupakan baginda kepada Allah.
Tuntasnya dapatlah kita singkap, seberat-berat ujian tersebut bukan lah musibah atau kemiskinan, tetapi kesenangan dan kekayaan. Biasanya ujian kesenangan akan membuat seseorang lupa kepada Allah. Benarlah kata Allah anak, isteri , harta itu adalah fitnah. menghalang kita dari mengingati Allah.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah harta-harta kalian dan jangan pula anak-anak kalian melalaikan kalian dari berdzikir/mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian mk mereka itulah orang-orang yang merugi.”
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوّاً لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka hati-hatilah kamu terhadap mereka” [At-Taghaabun : 14]
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wassalam menyifatan bahawa ujian yang diberikan kepada kaum manusia adalah tanda kecintaan Allah kepada mereka. Dan semakin besar dugaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia, menandakan besar juga pahala yang diperoleh. Ini sebagaimana hadith yang datang dari Anas bin Malik, yang menyatakan Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wassalam bersabda;
إن عظم الجزاء مع عظم البلاء ، وإن الله تعالى إذا أحب قوما ابتلاهم ، فمن رضي فله الرضا ، ومن سخط فله السخط
Sesungguhnya besarnya ganjaran itu dinilai pada besarnya bala’ yang menimpa. Dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka akan mereka itu diberi dugaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang redha – dengan ujian yang menimpa, dia akan memperoleh keredhaan Allah dan barangsiapa yang tidak maka padanya kemurkaan Allah. [Riwayat al-Tirmidzi, al-Albani menyatakannya sebagai hasan dalam Sahih dan Dha’if Sunan al-Tirmidzi.]
Dari Anas ra, bahwa Nabi saw bersabda: “Apabila seseorang mukmin diuji oleh Allah dengan sesuatu bencana pada tubuhnya, Allah ta`ala berfirman kepada malaikat penulis amalnya: ‘Tulislah juga untuknya amal-amal solih yang biasa ia lakukan’; kemudian jika Tuhan hilangkan bencana yang menimpanya itu, Tuhan jadikan dia hidup berkeadaan baharu – bersih suci dari dosanya; dan jika Tuhan mengambil nyawanya, diberinya keampunan serta dikurniakan rahmat kepadanya.” (Ibn Abu Shaibah, Imam Ahmad dan Baihaqi)
No comments:
Post a Comment