Salah satu inti penting daripada peristiwa Israk dan Mikraj ialah perintah solat yang diterima Nabi SAW di Sidratulmuntaha. Pada mulanya Allah SWT memberi perintah supaya mengerjakan solat (sembahyang) 50 waktu sehari semalam. Tatkala bertemu dengan Nabi Musa Alaihi Salam di langit keenam, Muhammad SAW menceritakan perintah yang diterimanya daripada Allah. Lalu Nabi Musa menyarankan agar baginda kembali menghadap Allah SWT untuk memohon keringanan, dengan alasan bahawa umatnya tidak akan sanggup melaksanakan solat 50 waktu itu. Disebabkan terlalu sayangkan umatnya, Nabi SAW menerima saranan itu. Ia pun kembali menghadap untuk memohon keringanan. Permohonan itu berulang sampai 9 kali hinggalah Allah SWT mengabulkannya dengan mengurangi waktu solat menjadi hanya 5 kali sehari semalam.
Pentingnya solat tersebut, tidak dapat dipertikaikan lagi. Hukum mengerjakan solat juga tidak gugur kewajipan walau sakit macam mana sekalipun. Cuma cara melakukan sahaja ada kelonggarannya. Setiap anggota yang Allah kurniakan perlu di beri haknya. Bila semua anggota tidak mampu, kerdipan mata juga boleh mengerjakan solat. Hatta hati sendiri, selagi sedar dan waras, tetap perlu bersolat.
Pokoknya solat tetap wajib dilakukan dalam apa keadaan sekalipun. Hanya orang yang gila (hilang ingatan), lupa, tidur, dan mati sahaja diharuskan tidak bersolat. Ketika kita sedang sujud itulah suasana dan situasi yang paling hampir dan akrab dengan Allah, kita menghinakan diri dengan Allah, ketika ini masa yang paling sesuai untuk merayu sesuatu kepada Allah yang boleh dicetuskan melalui hati dan memohon apa sahaja untuk kebaikan kita dan keluarga atau umat islam lainnya.
Maknanya bila kita perhatikan bacaan dalam Tasyahud, jelas Allah memerhati kita sewaktu solat, kita memberi pujian-pujian pada Allah, selawat dan berkata-kata kita kepada Rasulullah s.a.w. Kita bersolat di ketahui Allah dan rasul. MasyaAllah… Bayangkan mereka yang mengaku beriman, tetapi tidak mengerjakan solat..
Pentingnya solat tersebut, tidak dapat dipertikaikan lagi. Hukum mengerjakan solat juga tidak gugur kewajipan walau sakit macam mana sekalipun. Cuma cara melakukan sahaja ada kelonggarannya. Setiap anggota yang Allah kurniakan perlu di beri haknya. Bila semua anggota tidak mampu, kerdipan mata juga boleh mengerjakan solat. Hatta hati sendiri, selagi sedar dan waras, tetap perlu bersolat.
Pokoknya solat tetap wajib dilakukan dalam apa keadaan sekalipun. Hanya orang yang gila (hilang ingatan), lupa, tidur, dan mati sahaja diharuskan tidak bersolat. Ketika kita sedang sujud itulah suasana dan situasi yang paling hampir dan akrab dengan Allah, kita menghinakan diri dengan Allah, ketika ini masa yang paling sesuai untuk merayu sesuatu kepada Allah yang boleh dicetuskan melalui hati dan memohon apa sahaja untuk kebaikan kita dan keluarga atau umat islam lainnya.
Maknanya bila kita perhatikan bacaan dalam Tasyahud, jelas Allah memerhati kita sewaktu solat, kita memberi pujian-pujian pada Allah, selawat dan berkata-kata kita kepada Rasulullah s.a.w. Kita bersolat di ketahui Allah dan rasul. MasyaAllah… Bayangkan mereka yang mengaku beriman, tetapi tidak mengerjakan solat..
Dari Abdullah bin Mas’ud -radhiallahu anhu- dia berkata:
كُنَّا نَقُولُ فِي الصَّلَاةِ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ فَإِذَا قَعَدَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ فَلْيَقُلْ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ فَإِذَا قَالَهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنْ الْمَسْأَلَةِ مَا شَاءَ“
Kami dahulu mengucapkan dalam shalat di belakang Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam, “Semoga keselamatan atas Allah, semoga keselamatan atas fulan.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada kami pada suatu hari, “Sesungguhnya Allah Dialah As-Salam, karenanya apabila salah seorang dari kalian duduk dalam shalatnya maka ucapkanlah, “ATTAYHIYATU LILLAHI WASHSHALAWATU WATHTHAYIBAT. ASSALAMU ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAHI WABARAKATUH. ASSALAMU ALAINANAA WA ALA ‘IBADILLAHISH SHALIHIN (Segala penghormatan bagi Allah, shalawat dan juga kebaikan. Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi dan juga rahmat dan berkahnya. Semoga keselamatan terlimpahkan atas kami dan hamba Allah yang shalih) -Apabila dia mengucapkannya maka doa itu akan mengenai setiap hamba saleh di langit dan bumu- ASYHADU ALLA ILAAHA ILLALLLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH (Saya bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah).” Kemudian dia memilih permintaan doa yang dia kehendaki.” (HR. Al-Bukhari no. 835 dan Muslim no. 402)
Dalam riwayat Abu Daud no. 968, “Kami dahulu mengucapkan ketika kami duduk (tasyahud) di belakang Rasulullah.”Dari Ka’ab bin Ujrah -radhiallahu anhu- dia berkata:
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا قَدْ عَرَفْنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكَ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar melewati kami, maka kami berkata, “Sungguh kami telah mengetahui bagaimana mengucapkan salam kepada anda. Hanya saja bagaimana cara bershalawat kepada anda?” Beliau bersabda, “Kalian katakanlah: ALLOOHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD, KAMAA SHOLLAITA ‘ALAA AALI IBROOHIIMA INNAKA HAMIIDUN MAJIID, ALLOOHUMMA BAARIK ‘ALAA MUHAMMADIN WA’ALAA AALI MUHAMMADIN KAMAA BAAROKTA ‘ALAA AALI IBROOHIIMA INNAKA HAMIIDUN MAJIID (Ya Allah, berilah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi shalawat atas keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah, berilah berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi berkah kepada keluarga Ibrahim. Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia).” (HR. Muslim no. 406)
Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Jika salah seorang di antara kalian (duduk) tasyahud, maka hendaklah dia meminta perlindungan kepada Allah dari empat perkara. Yaitu dia berdoa: “ALLAHUMMA INNI A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAMA, WAMIN ‘ADZAABIL QABRI, WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAATi, WAMIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL (Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Masih Dajjal).” (HR. Muslim no. 588)
Anjuran membaca doa ini juga di sebutkan :-
Al-Hafizh berkata dalam Bulugh Al-Maram no. 337, “Dalam sebuah riwayat Muslim, “Jika salah seorang dari kalian selesai dari tasyahud akhir.”
Allahu a'lam.
No comments:
Post a Comment